Cara masyarakat Nagari Sumpu kelola Kampung Minang
Awal mula digagasnya Kampung Minang ini adalah untuk melestarikan budaya serta keberadaan rumah gadang yang ada di Nagari Sumpu
Batusangkar, (Antaranews Sumbar) – Masyarakat Nagari Sumpu, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat dilibatkan dalam pengelolaan desa wisata Kampung Minang yang sudah dimulai sejak 2013.
Ketua Komunitas Kampung Minang, Kamrita di Sumpu, Kamis, mengatakan selain komunitas Kampung Minang, beberapa elemen masyarakat juga ikut terlibat, seperti Bundo Kanduang, PKK serta unsur pemuda.
“Awal mula digagasnya Kampung Minang ini adalah untuk melestarikan budaya serta keberadaan rumah gadang yang ada di Nagari Sumpu,” katanya.
Ia menyebutkan keterlibatan masyarakat ada dalam beberapa hal, seperti untuk tamu yang datang dalam jumlah besar maka urusan konsumsi langsung ditangani oleh masyarakat.
Selain itu tamu yang datang akan diinapkan diA�homestayrumah gadang, sehingga terdapat beberapa rumah gadang masyarakat yang diberdayakan untuk penginapan.
“Saat ini terdapat tiga rumah gadang untuk penginapan dan masih ada tiga rumah gadang lagi yang sedang dipersiapkan untuk dapat dipergunakan,” ujarnya.
Untuk hiburan berupa kesenian, pihaknya juga bekerja sama dengan sanggar seni yang ada di daerah tersebut, dimana para pemainnya merupakan anak-anak di Nagari Sumpu.
“Para pemuda juga terlibat aktif dalam hal ini, mulai dari urusan keamanan, pemandu, hingga mengelola bidang wisata edukasi,” kata dia.
Direktur Tourism Development Centre Universitas Andalas Padang, Sari Lenggogeni Ph.D mengatakan pengembangan wisata di Kampung Minang Sumpu harus dipisahkan antara destinasi wisata budaya dan wisata alam.
Menurut dia, pengembangan wisata budaya dapat mengacu pada potensi kearifan lokal, berupa tradisi maupun kebiasaan masyarakat.
Sementara untuk pengembangan wisata alam, pihak pengelola dapat mengajak investor lokal untuk menunjang pengembangan destinasi.
“Kampung Minang Sumpu sangat cocok sebagai desa wisata yang berbasis kearifan lokal masyarakat dan tidak cocok untuk wisata masal, oleh karena itu dalam pengembangan harus dipisahkan antara wisata budaya dan alamnya,” katanya.
Pewarta :A�Syahrul Rahmat
Editor:A�Joko Nugroho
COPYRIGHT A�A�ANTARAA�2018.