Inilah 3 Bukti Bahwa Karya Sastra Minangkabau Telah Mendunia
Berbicara tentang orang Minang, tidak bisa dipungkiri bahwa urang awak ini memiliki banyak kelebihan dan potensi. Ada berbagai macam karakter unggul yang dimiliki oleh orang Minang, sehingga mereka sukses menjadi pelopor di segala bidang.
Tidak hanya sukses sebagai politikus, pedagang, maupun pengusahaa�� orang Padang pun berhasil mewujudkan mahakarya terbaik dalam bidang sastra dan budaya. Bahkan sastra Minang sudah mulai diapresiasi dan diberi penghargaan di luar negeri lho, guys. Penasaran? Simak 3 hal yang membuktikan bahwa karya sastra ala Minang patut mendunia ;
Novel Karya Mochtar Lubis telah diterjemahkan dalam bahasa inggris
Mochtar Lubis adalah penulis dan jurnalis Indonesia yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922. Karya novelnya antara lain adalahA�Tidak Ada Esok,A�Jalan Tak Ada Ujung,A�Senja di Jakarta,A�Tanah Gersang,A�Harimau! Harimau!, sertaA�Maut dan CintaA�yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.
Hal ini sungguh membuat masyarakat minang bangga. Selain itu, Mochtar Lubis juga sempat mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award (1950) dan World Association of Newspapersa�� Golden Pen of Freedom Award (1967).
Beberapa novel karya anak minang menjadi bacaan wajib di Malaysia lho!
Ternyata Malaysia banyak terinspirasi oleh sastra budaya Minang, guys. Bagi Takaiters yang lahir dan besar di era tahun 1990-an, tentunya tidak asing dengan novelA�Salah Asuhan,A�Siti Nurbaya, danA�Robohnya Surau Kami. Ketiga novel tersebut adalah buah karya Marah Rusli dan A.A.Navis, yang merupakan putra asli Minang. Tidak hanya di Indonesia, novel-novel itu menjadi bacaan wajib siswa sekolah di Malaysia. Keren, kan?
Novel a�?Senandung Sabaia�? mendapatkan apresiasi dari penulis terkenal luar negeri
Salah satu putri Minang yang mampu mengangkat kebudayaan minang dalam sebuah novel bermutu adalah Vera Yuana. Senandung Sabai merupakan novel tentang drama kehidupan, berkisah perjalanan hidup seorang perempuan Minang bernama Reana Sabai dengan segala problema kehidupannya. Reana berusaha bertahan dalam kearifan lokal (local wisdom), mencintai keluarga, menghormati orangtua dan juga kejujuran. Pembaca seperti diajak belajar tentang berbagai perasaan, berbagai karakter tokoh, budaya dalam satu kisah.
Novel Senandung Sabai ini ternyata sangat diminati di luar Indonesia. Salah satu peminat yang tidak bisa diremehkan, di antaranya Dr. Djusmalinar Djamarin dari Prince of Songkla University Patani Thailand dan Nawawee Mohammad, penyair dari Malaysia. Bahkan novel ini pun telah sampai ke tangan salah seorang Sastrawan Negari Jiran Malaysia yakni Dato Dr. Ahmad Kamal Abdullah.
Ehm, memang Minang patut berbangga pada kekayaan sastranya yang telah diapresiasi di kancah dunia. Semoga di masa depan akan makin banyak putra bangsa yang mengharumkan nama Indonesia dengan karya sastra yang bernas. (takaitu.com)
.